Kamis, 29 Januari 2015

Rahab: Wanita Yang Dibenarkan Oleh Iman

Rahab... nama ini pasti tidak asing di telinga kalian. Ya, perempuan sundal yang menyelamatkan dua mata-mata dari Israel yang sedang mengamati kota Yerikho. Tapi... sejauh ini, apa yang kita ketahui tentang dia? Namanya terkenal, imannya disebut-sebut namun kisahnya tak pernah dipelajari lebih dalam. 

Let's know her better... 

 
Siapakah Rahab? Asal usulnya tidak disebutkan secara detail dalam Alkitab, kita mulai mengenal dirinya sejak disebutkan dalam kitab Yosua pasal 2. Kisah ini dimulai ketika Tuhan memerintahkan Yosua untuk masuk ke dalam kota Yerikho dan merebut tanah Kanaan. Seperti yang kita ketahui selama ini, tanah Kanaan adalah tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel turun-temurun sejak jaman Musa. Namun karena hati bangsa Israel yang tegar tengkuk maka bangsa itu pun mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya baru diijinkan Tuhan memasuki tanah Kanaan. Kanaan digambarkan sebagai negri yang berkelimpahan dan luas, negri yang berlimpah dengan susu dan madu, negri dimana anda akan menemukan segala sesuatu yang anda butuhkan dalam setiap bidang kehidupan. Siapa yang tidak ingin tinggal di negri sesubur itu?
Namun... untuk memasuki dan memiliki tanah ini, Tuhan memberikan jalan yang tidak mudah, yaitu melalui jalan medan peperangan. Medan peperangan yang dipimpin oleh Tuhan sendiri dimana Yosua yang terpilih sebagai panglima perang kepercayaanNya. 

Yosua bertindak bijak dan hati-hati dengan mengirimkan dua pengintainya dari Sitim menuju kota Yerikho. Di sinilah kisah Rahab dimulai dengan kalimat, "Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal yang bernama Rahab, lalu tidur di situ." (Yosua 2:1b)
kota Yerikho adalah salah satu kota tertua di jaman itu dengan benteng batu terkuat di sekeliling kota itu dan terletak tidak jauh dari sungai. (mau tahu lebih detail, cek ke link berikut ini: http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Yerikho)
Bagian yang cukup menarik dari kisah ini adalah tidak disebutkan bagaimana kedua pengintai ini dapat menemukan rumah Rahab semudah itu? Maksud saya, dari sekian banyak rumah di kota Yerikho, mengapa rumah Rahab yang terpilih sebagai tempat peristirahatan oleh kedua pengintai Israel ini? Banyak tafsiran bahkan komentar yang memberikan kemungkinan bahwa Rahab adalah seorang penjaga penginapan (dimana hal ini tidak tercatat secara persis di dalam Alkitab), jadi kemungkinan inipun harus diperhatikan secara seksama. 
Menurut saya, Tuhan bekerja dengan sangat sempurna, entah dengan cara seperti apa (hanya Tuhan yang tahu) namun kedua pengintai ini diarahkan hingga akhirnya mereka bukan hanya sampai di rumah Rahab tetapi juga mengambil keputusan untuk bermalam di rumahnya. Bisa diambil kesimpulan juga bahwa rumah Rahab sepertinya terletak tidak jauh bahkan mungkin juga di atas gerbang kota karena tertulis di ayat berikutnya, "Kemudian diberitahukanlan kepada raja Yerikho, demikian: "Tadi malam ada orang datang ke mari dari orang Israel untuk menyelidik negri ini." (Yosua 2:2)
Hebat sekali, bukan?! Dalam sebentar saja, informasi datangnya dua pengintai dari Israel dapat tertangkap oleh tetangga-tetangga mungkin... disampaikan kepada pengawal raja dan akhirnya sampai ke telinga raja (cerita dari mulut ke mulut memang sangat efektif cepat). Tetapi yang mereka tidak ketahui adalah Rahab bukanlah wanita biasa melainkan seorang wanita yang dipilih dan dipakai Tuhan oleh karena imannya yang berani untuk percaya kepada Sang Yahweh. 

1. Rahab adalah seorang wanita yang cerdik, mengapa? Karena dia tahu persis seperti apa keadaan di kota tempat dia tinggal selama ini. Dia tahu resiko menampung dua pria asing yang bermalam di rumahnya tidak akan membawa keadaan aman-aman saja kedepannya. Rahab mempersiapkan dan berpikir serta bertindak dengan sangat cepat untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dimana salah satunya adalah ketika raja Yerikho mengutus orangnya datang ke rumah Rahab: "Maka raja Yerikho menyuruh orang kepada Rahab, mengatakan: "Bawalah ke luar orang-orang yang datang kepadamu itu, yang telah masuk ke dalam rumahmu, sebab mereka datang untuk menyelidik seluruh negri ini." (Yosua 2:3)

2. Rahab adalah seorang wanita yang tenang, bayangkan jika dia tidak sanggup tenang menghadapi orang-orangnya raja Yerikho maka resiko yang harus dihadapinya jauh lebih besar, Diperlukan pengendalian diri yang luar biasa tenang untuk bisa teguh menghadapi orang suruhan raja Yerikho dan bahkan memberitahukan kebohongan: "Tetapi perempuan itu telah membawa dan menyembunyikan kedua orang. Berkatalah ia: "Memang, orang-orang itu telah datang kepadaku, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka, dan ketika pintu gerbang hendak ditutup menjelang malam, maka keluarlah orang-orang itu; aku tidak tahu, ke mana orang-orang itu pergi. Segeralah kejar mereka, tentulah kamu dapat menyusul mereka." (Yosua 2:4 - 5) 

3. Rahab bukan hanya cerdik secara otak namun juga pintar secara bertindak, dia langsung bertindak: "Tetapi perempuan itu telah menyuruh keduanya naik ke sotoh rumah dan menyembunyikan mereka di bawah timbunan batang rami, yang ditebarkan di atas sotoh itu." (Yosua 2:6). Menjadi seorang wanita yang hanyak cerdik secara otak namun tidak pintar untuk bertindak itu biasanya hanya membawa kesulitan bukannya menolong dan Rahab sudah membuktikan hal itu. 
Rahab hide the two spies

4. Rahab adalah seorang wanita ramah yang pergaulannya luas, mengapa? dikarenakan orang suruhan raja Yerikho percaya langsung kepada perkataan Rahab. Ada kemungkinan bahwa Rahab bukanlah orang tertutup dan tidak populer di kota tersebut, mengingat masa lalunya sebagai perempuan sundal maka sangatlah mungkin bahwa Rahab adalah salah satu wanita yang cukup populer dan dicari kebanyakkan orang sebagai tempat mendapatkan ataupun menyimpan informasi. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab mengapa Rahab bisa mendapatkan begitu banyak informasi tentang bangsa Israel. Tidak mungkin bagi seseorang bisa mendapatkan begitu banyak cerita jika dia tidak banyak bergaul dengan berbagai kalangan, bukan?

5. Rahab adalah seorang wanita yang berani. Seluruh perkataan dan tindakannya didasarkan pada sebuah keberanian yang tidak biasa bagi seorang wanita pada jaman itu dimana seringkali wanita hanya dipandang sebelah mata. Keberaniannya menampung dua orang pengintai Israel dimana dia tahu itu pasti mengandung resiko tersendiri. Keberaniannya menyembunyikan dua pengintai ini. Keberaniannya berbohong bahkan mengarahkan orang suruhan raja Yerikho ke arah yang salah. Keberaniannya untuk bernegosiasi dengan dua pengintai Israel dan menyatakan isi hatinya secara terbuka bahkan meminta belas kasihan dari mereka. Seringkali dibilang: "Wanita yang hebat bukanlah wanita yang kuat melainkan wanita yang berani menghadapi resiko." dan sekali lagi Rahab membuktikan hal tersebut. 

6. Rahab adalah seorang negosiator handal. Bukan hanya diperlukan kecakapan berbicara namun juga pintar dalam ber-strategi membuat kesepakatan bersama. Rahab menunjukkan kepawaiannya dalam Yosua 2:8-13 (baca sendiri yaaa... hehe). Luar biasa sekali, keberaniannya memberikan dorongan untuk maju dan bernegosiasi soal keselamatan diri dan keluarganya kepada dua pengintai Israel ini. 
Rahab negotiate with the two spies
7. Rahab menunjukkan imannya kepada Sang Yahweh dengan berani berkata dan berani bertindak pada saat yang bersamaan. Iman tidak bisa hanya berat pada salah satu melainkan harus berjalan seiringan dalam perkataan dan perbuatan. Rahab menunjukkan imannya secara seimbang pada perkataan dan perbuatan. Secara perkataan, Rahab mengakui Allah orang Israel sebagai satu-satuNya Tuhan yang berkuasa, Allah yang melakukan berbagai keajaiban, Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. Secara perbuatan, Rahab mengakui keyakinannya itu dengan menolong dua pengintai Israel lolos dari kota Yerikho dengan membawa informasi yang berharga, yaitu: seluruh kota Yerikho telah tawar hati dan jatuh semangat sejak lama ketika mendengar kisah bangsa Israel yang luar biasa. 

8. Rahab adalah seorang wanita yang dapat dipercaya dan menepati janjinya. Tanpa kedua hal ini, maka saya pikir kedua pengintai Israel pun tidak cukup berani mengambil resiko untuk membuat kesepakatan dengan perempuan sundal dari Yerikho. Namun ada kekuatan dan keteguhan dalam karakter Rahab yang membuat kedua pengintai Israel ini pun dapat melihat bahwa Rahab adalah seseorang yang dapat dipercaya sehingga mereka pun berani berkata: "Nyawa kamilah jaminan bagi kamu, asal jangan kaukabarkan perkara kami ini; apabila TUHAN nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima kasih dan setia kami kepadamu." (Yosua 2:14)

9. Rahab adalah seorang wanita yang memberikan solusi. Dia bukan hanya menurunkan kedua pengintai dari jendela rumahnya namun dia juga memberikan arahan kemana kedua pengintai ini harus pergi dan berapa lama harus berdiam diri sampai para pengejar pengintai Israel ini kembali pulang. Maksud saya, kesepakatan sudah dibuat namun tidak ada kewajiban bagi Rahab untuk menolong sejauh itu namun sekali lagi Rahab menunjukkan kebaikkannya dengan memberikan pertolongan lebih dari yang diminta. Menjadi seorang wanita yang bukan hanya bisa pintar berbicara namun bisa memberikan solusi dari permasalahan yang ada pun merupakan tanda dari seorang wanita yang  bisa diandalkan dalam komunitasnya. 

10. Rahab adalah wanita yang taat. Pintar boleh tapi seringkali kelebihan ini membawa ketidaktaatan namun Rahab membuktikan kebalikannya. Sekalipun dia termasuk wanita cerdas namun dia pun menunjukkan suatu sikap ketundukkan melalui ketaatannya terhadap kesekapatan yang diajukan oleh pengintai Israel itu: "sesungguhnya, apabila kami memasuki negeri ini, haruslah tali dari benang kirmizi ini kauikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan kami..." (Yosua 2:18) dan ketaatan itu dibuktikan setelah para pengintai itu pergi: ".....Kemudian perempuan itu mengikatkan tali kirmizi itu pada jendela." (Yosua 2:21b)
Rahab tied the scarlet cord on her window
Kisah selanjutnya bisa kita baca di kitab Yosua pasal 6 ayat 22-25, bagaimana Rahab dan keluarganya terselamatkan, dibiarkan hidup oleh Yosua dan bahkan diam di antara bangsa Israel karena telah menolong kedua pengintai Israel. 

Dari kisah Rahab, apa yang bisa kita pelajari? Yosua adalah salah kitab dari kitab sejarah maka dari kisah ini pun ditulis agar kita dapat belajar serta mengambil hikmat iman sebagai anak-anak Tuhan.   

1. Iman adalah anugrah. Sekali lagi, kisah ini menyatakan bahwa iman adalah anugrah bukan usaha kita ataupun karena kebanggaan diri yang sudah kita capai selama ini. Rahab yang memiliki masa lalu sebagai perempuan sundal, berasal dari kota Yerikho yang tidak mengenal Tuhan, secara hati dan fisik telah banyak terluka namun Tuhan berikan kesempatan untuk mengenal Tuhan yang Sejati, satu-satuNya Tuhan yang sanggup memberikan keselamatan secara utuh. Iman adalah pemberian dari Tuhan, Dia yang memilih, sekali lagi bukan kita yang pantas melainkan karena Dia yang menganugrahkan. 

2. Iman adalah penyerahan diri secara utuh. Rahab memberikan dan mempertaruhkan dirinya secara utuh dalam kisah ini. Sekalipun kalau ada resiko ketahuan dan nyawa menjadi taruhannya maka Rahab berani mempertaruhkan itu semua secara total. Inilah iman, tidak setengah-setengah. Semuanya dilakukan dengan total. 

3. Iman adalah penyelamatan secara global. Bangsa Israel yang selalu membanggakan bangsa mereka sebagai bangsa pilihan Allah namun seringkali menunjukkan sikap tegar tengkuk yang berkali-kali jatuh dalam dosa kesombongan dan eksklusivisme. Namun, melalui kisah Rahab, kita dapat melihat Allah akan memberikan keselamatan kepada siapa yang mau percaya kepadaNya, keselamatan itu bersifat global. Keselamatan dari Allah tidak bersifat tertutup dan eksklusivisme. Siapapun dan dari bangsa manapun boleh mendapatkan kesempatan penyelamatan yang sama besar porsinya dengan hanya cukup percaya kepada Allah yang Sejati. 

4. Iman adalah pemulihan secara utuh. Rahab dipulihkan oleh tangan ajaib Allah baik secara hati, jiwa maupun fisik. Tidaklah mudah menjadi seorang Rahab dengan masa lalu kelam dan menjalani kehidupan yang keras. Namun Rahab menunjukkan iman yang tidak mudah menyerah dan melalui kegigihannya, Rahab pun menerima pemulihan secara utuh yang hanya bisa didapatkan melalui anugrah Tuhan semata. Pemulihan ini pun membawa sukacita lebih besar, Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi Rahab untuk belajar mencintai dan dicintai dari Sang Yahweh sendiri dan mendapatkan suami dari suku Yehuda, yaitu Salmon (Matius 1:5) yang ternyata kelak menjadi garis keturunan nenek moyang dari silsilah Yesus Kristus. Luar biasa bukan?! 

5. Iman adalah penebusan. Rahab mengalami proses penebusan yang indah dan tidak mudah dijalani. Setelah diam di antara bangsa Israel, tantangan demi tantangan tentunya masih dia hadapi sebagai orang Yerikho yang harus beradaptasi baik dengan budaya maupun tradisi bangsa Israel. Namun di dalam penebusan itu, Rahab tentunya mengalami proses penebusan dimana dia belajar bahwa dirinya bukanlah dirinya yang dulu melainkan dirinya adalah ciptaan baru yang memiliki kesempatan kedua untuk memperbaiki serta merubah arah hidupnya ke arah yang menyenangkan hati Tuhan. 
 Ada quotes berbunyi seperti ini: "Setiap orang Kristen, layaknya seperti Rahab, yang menggantungkan tali kirmizi di jendela jiwa mereka." 
Apa maksud kata-kata ini? Maksudnya adalah karya penebusan Kristus yang tidak boleh mudah dilupakan dan kiranya kisah Rahab menjadi penguatan atas iman kita. Karya penebusan Kristus tidak dilakukan dengan setengah-setengah ataupun menjadi pajangan konyol dalam kehidupan kita namun sebaliknya, itu haruslah menjadi tanda yang paling kuat dan mencolok dalam kehidupan setiap pengikut Kristus. 

Pertanyaannya: Adakah kita tetap taat seperti Rahab yang memasang tali kirmizi pada jendela untuk menunjukkan kesetiaan kita kepadaNya? 

God bless you all ^^

Senin, 26 Januari 2015

Yokhebed : Wanita Beriman Yang Jarang Disebut

Pernah mendengar nama Yokhebed?

Siapakah Yokhebed ini? Namanya begitu jarang disebut-sebutkan dalam kisah Alkitab namun kita pasti mengenal dia ketika disebutkan sebagai ibu dari Musa. 

Ya, Musa yang tidak pandai bicara namun taat, berani, sang pembebas Bangsa Israel yang dipilih dan dipimpin oleh Tuhan untuk membawa bangsa besar ini keluar dari tanah jajahan di Mesir menuju tanah pembebasan, Kanaan. Musa yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa ini pun lahir dari seorang ibu yang begitu beriman dan kisahnya patut menjadi perhatian setiap kita. Yokhebed, perempuan Lewi, istri dari seorang pria Lewi bernama Amram dan ibu dari Miriam, Harun serta Musa. 

Yuk, kita mengenal Yokhebed lebih dekat lagi. 

Yang pasti kisah ini dimulai saat Bangsa Israel sedang menjalani masa penjajahan oleh Bangsa Mesir. Setelah lewat dari masa Yusuf membawa seluruh Bangsa Israel pindah ke Mesir namun pergantian Firaun mengubah nasib bangsa Israel sepenuhnya. Firaun yang baru tidak mengenal Yusuf dan ternyata dia cukup gentar melihat perkembangan bangsa Israel yang begitu pesat bahkan jumlah mereka jauh lebih banyak dari bangsa Mesir itu sendiri sehingga Raja Mesir yang baru itu pun memutuskan untuk memberikan tindakkan perbudakkan secara rodi terhadap bangsa Israel. Pemikiran ini muncul dengan harapan jika bangsa Israel disiksa dan lelah bekerja maka pertumbuhan bangsa ini dapat terhentikan namun Tuhan menepati janjiNya, bangsa Israel tetap terus bertambah jumlahnya. Tidak kehilangan akal, Raja Mesir pun memerintahkan kedua bidan yang menolong persalinan wanita Ibrani, yaitu Sifra dan Pua untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. 
Apa Tuhan berhenti berkarya? Tidak, kedua bidan ini pun diberikan hati yang takut akan Tuhan sehingga keduanya pun tetap membiarkan bayi-bayi itu hidup. Firaun mengetahui hal ini dan menanyai kedua bidan ini namun keduanya memberikan jawaban yang cukup baik sehingga Tuhan pun berbuat baik kepada bangsa Israel. Bangsa ini pun jumlahnya terus bertambah dan berlipat ganda. Firaun semakin marah melihat hal ini memberikan perintah baru kepada seluruh rakyatnya, "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir dari orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup." 

Dari sinilah, kisah Amram dan Yokhebed muncul. Keduanya berasal dari keluarga Lewi dan mereka tahu persis mereka berada di tanah Mesir, sebagai budak, tidak berada di dalam situasi yang kondusif untuk membangun sebuah keluarga namun mereka tetap beriman di dalam Tuhan dan membentuk sebuah keluarga. Tuhan berkenan kepada mereka dan memberikan mereka anak-anak untuk dikasihi dan dididik dalam kebenaran Firman Tuhan. Iman mereka tidak berhenti sampai di situ, ketika mereka sudah memiliki Miriam dan Harun, mereka percaya kepada pemeliharaan Tuhan dan memiliki anak ketiga, yaitu Musa. 

Nama Yokhebed hanya disebut sebanyak dua kali dalam Alkitab (Keluaran 6:19; Bilangan 26:59), hanya sepenggal kecil dari kisah Alkitab yang begitu besar. Namun keberadaannya tetap Tuhan pakai untuk menggenapi janjiNya terhadap bangsa Israel. Dalam Keluaran 2 pun, keberadaannya hanya disebutkan dalam dua paragraf singkat yang berhubungan dengan kelahiran dan penyelamatan Musa. Namun dalam dua paragraf singkat ini, kita bisa mengenal kepribadian Yokhebed lebih dekat lagi. 



1. Wanita yang keibuan
    Yokhebed bukanlah tipe wanita yang sembarangan memiliki anak dan tidak bertanggung jawab atas hidup anaknya. Dia menunjukkan kasihnya kepada Musa dengan tetap menjaga bayi Musa hidup dengan disembunyikan tiga bulan lamanya (Kel.2:2) walaupun dengan adanya perintah dari Firaun agar setiap bayi laki-laki dibunuh. 

2. Wanita yang berani dan kuat
    Menyembunyikan seorang bayi tiga bulan lamanya bukanlah suatu perkara yang mudah dibuat. Banyak resiko, tantangan, kesulitan bahkan nyawa Yokhebed sendiri bisa menjadi taruhannya. Namun Yokhebed memberikan satu teladan akan keberanian dan kekuatan seorang ibu yang ingin melindungi anaknya. 

3. Wanita yang beriman
    Yokhebed menunjukkan imannya kepada Yahweh lebih lagi ketika bayi Musa sudah tidak memungkinkan lagi untuk disembunyikan. Cara apa yang bisa dipakai untuk menyelamatkan bayi Musa dari kejaran perintah Firaun dan rakyatnya? Iman Yokhebed teruji ketika dia hanya bisa melepaskan bayi itu pergi (Kel.2:3) dengan menaruhnya di dalam sebuah peti pandan dan menghanyutkan peti tersebut dari tepi sungai Nil. Tidak mudah bagi seorang ibu untuk melepas bayinya pergi dalam sebuah peti ke tengah-tengah sungai (tidak ada jaminan bahwa seorang bayi bisa selamat di tengah-tengah sungai) dengan mempertaruhkan kemungkinan bahwa bayi Musa belum tentu selamat. Namun bisa dilihat inilah bentuk iman Yokhebed, dia percaya bahwa Tuhan melindungi Musa dan membiarkannya pergi dengan satu harapan bahwa bayinya berada dalam perlindungan Tuhan. 


Bisa kita lihat dalam kisah berikutnya, iman Yokhebed membuahkan hasil. Bayi Musa ditemukan oleh putri Firaun dan diselamatkan olehnya. Lebih ajaibnya lagi, kakak Musa, yaitu Miriam berinisiatif untuk mengawasi dari jauh dan langsung menawarkan seorang inang penyusu bagi adik laki-lakinya. Kecerdasan & keberanian Miriam langsung memberikan kesempatan kedua bagi Yokhebed untuk bertemu kembali dengan Musa. 
Karya Tuhan sungguh indah, bukan hanya bertemu kembali namun Tuhan memberikan kesempatan bagi Yokhebed untuk menyusui dan membesarkan Musa tanpa rasa takut. 
Sungguh luar biasaa...! 

4. Wanita yang sabar dan penuh pengendalian diri
    ketika Miriam membawa dirinya menemui putri Firaun dan menemukan kesempatan kedua untuk menyusui bahkan membesarkan putranya sendiri, Yokhebed menunjukkan kesabaran dan pengendalian diri yang luar biasa. Di situasi seperti ini, bisa dibayangkan apa yang terjadi jika Yokhebed tidak sanggup mengendalikan diri dan menunjukkan kegembiraan yang berlebihan atau kelepasan berbicara tentang siapa dirinya di hadapan putri Firaun. Mungkin kisah Musa akan berbeda. Namun Yokhebed menunjukkan kesabaran dan pengendalian diri dari seorang wanita yang takut akan Tuhan, dia tahu kapan harus menunggu, kapan harus berbicara dan kapan harus bertindak, bagaimana bersikap tanpa harus membahayakan nyawa Musa ke depannya (Kel.2:9). 

5. Wanita yang tahu jelas siapa dirinya
    Yokhebed tidak melupakan siapa dirinya dan segala tradisi bangsanya sehingga dia tahu persis hal-hal apa saja yang harus ditanamkan dalam kepribadian Musa (yang tentunya berpengaruh besar ketika Musa bertumbuh dewasa). Sekalipun Musa diangkat anak oleh putri Firaun dan tentu dididik dalam tata cara bangsa Mesir namun tetap ada masa dimana Yokhebed berperan untuk menanamkan dasar identitas yang tepat dalam benak Musa. 

6. Wanita yang dapat dipercaya dan memegang janjinya
    Setelah masa menyusui dan membesarkan Musa, maka selesailah tugas Yokhebed namun sesungguhnya status seorang ibu tidak akan pernah selesai. Jika Yokhebed mengikuti kata hatinya maka sebenarnya bisa saja dia mengkhianati putri Firaun dan tidak membawa Musa kepadanya setelah Musa bertumbuh besar. Namun Yokhebed memberikan teladan yang sangat indah bagaimana dia menunjukkan karakter seorang wanita yang dapat dipercaya sekalipun hatinya berkehendak kebalikkannya dan teguh memegang janjinya sekalipun secara hak, boleh saja Yokhebed merasa dirinya lebih pantas untuk mempertahankan Musa (Kel.2:10). Yokhebed memegang teguh kejujuran dan kepercayaan dibandingkan dengan rasa egonya sendiri. 
Jochebed Returns Moses
7. Wanita yang rela berkorban
    Dari awal hingga akhir cerita, tidak tersiratkan Yokhebed itu adalah seorang wanita yang egois dan mau menang sendiri, melainkan sebaliknya, dia menunjukkan karakter yang sangat tidak egois dan selalu rela berkorban. Dia sanggup mengorbankan apapun yang berkaitan dengan dirinya demi orang yang dikasihinya, membayar harga yang mahal hanya supaya anak yang dikasihinya dapat memiliki kesempatan untuk tetap hidup. Sungguh sebuah teladan yang sangat indah bahkan berharga jika dibandingkan dengan ibu-ibu jaman modern saat ini. 

Yokhebed, salah satu teladan wanita beriman yang mungkin tidak terlalu diperhatikan atau bahkan terlupakan bahkan dalam kisah Musa sekalipun. Yokhebed mengajarkan berbagai teladan yang begitu baik dan indah untuk dapat kita pelajari serta patut diikuti. 

Iman: apakah iman kita seberani dan setangguh Yokhebed? sampai pada tahap berani melepaskan seseorang yang kamu kasihi? JIka Tuhan meminta, sanggupkah kamu melepas untuk berbagian dalam penggenapan rencana Tuhan bagi kerajaanNya?

Karakter: Adakah karakter kita sungguh menunjukkan porsi seorang wanita yang takut akan Tuhan dan menjaga ajaran-ajaranNya bahkan mengajarkannya dengan penuh ketaatan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita kelak? 

Dari Yokhebed, kita mengerti dan memahami bahwa iman bukanlah sesuatu yang disepelekan melainkan dinyatakan. Jika kita mengaku sebagai anak yang takut akan Tuhan maka iman itu akan terlihat dalam perbuatan kita karena itulah panggilan Yesus bagi setiap kita, kiranya iman setiap kita bersinar semakin terang dan menunjukkan kepada siapa kita menaruh kepercayaan kita secara utuh. 

kiranya kisah Yokhebed menguatkan dan memberkati setiap kita untuk semakin bersungguh-sungguh membentuk iman yang semakin berkenan di hadapanNya serta taat berbagian dalam penggenapan rencanaNya dalam hidup setiap kita bahkan ketika saat Dia meminta kita untuk melepaskan supaya kita beroleh RohNya, kemuliaanNya serta PribadiNya di dalam hati setiap anak-anakNya. 

God bless you all ^^


Minggu, 18 Januari 2015

Mengikut Yesus

Matius 4:19
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."


Bagian ini adalah bagian yang cukup populer dan sering diulang berkali-kali dalam kehidupan orang percaya. Ini adalan momen pertama ketika Yesus memanggil Andreas dan Petrus menjadi muridNya. Panggilan yang sangat indah, panggilan untuk mengikut Dia, mendengarkan ajaranNya secara langsung, memahami tujuanNya, melihat kasihNya, mengaplikasikan ajaranNya dan mengajarkan ajaranNya kepada orang lain. Panggilan yang sama, panggilan yang ditujukan kepada Andreas dan Petrus, ditujukan juga kepada kita semua di jaman ini. 

kita harus berani akui kalau bagian ini tuh bukan bagian favorit kita, kenapa?
Karena bagian ini biasanya datang dengan berbagai aturan dan tuntutan-tuntutan yang biasanya tidak menyenangkan (ga sesuai dengan ego kita, biasanya hehe...) bahkan mungkin diperlukan pengorbanan untuk bisa melakukan panggilan ini sesuai dengan kehendakNya. 

Yuk, kita lihat lebih jauh dari definisi kata 'mengikuti'
mengikut 
  1. menyertai (di belakang); mengiring:
  2. meniru, turut berbuat sesuatu:
  3. menurut atau menganut (perintah, ajaran, paham, dsb): (sumber: http://id.wiktionary.org/wiki/mengikut)

Wow, satu kata ini memang tidak main-main ya, satu kata tapi mengandung definisi cukup dalam dan tidak mudah untuk dilakukan. Menurut saya, definisi dari arti kata 'mengikut' ini cukup untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan bagi setiap kita yang sungguh-sungguh berkomitmen ingin mengikut Dia seumur hidup kita. 

1. Arti pertama: menyertai (di belakang); mengiring
pernah ga teman-teman punya pengalaman seperti ini? ada seorang teman yang meminta kita untuk menemani dia pergi ke suatu tempat dan kita menyanggupinya. Ketika kita sudah sampai di tempat yang dituju, ternyata teman kita itu berubah pikiran dan mengubah tujuan awal dia pergi ke tempat tersebut. Sebut saja: misal cari barang A di mana dan sekarang berubah menjadi cari barang C di toko yang berbeda (untungnya masih di tempat yang sama), bagaimana perasaanmu ketika itu terjadi? apalagi ternyata teman kita mengajak untuk mampir-mampir lagi di banyak tempat yang sama sekali tidak menarik minat kita. Kesel? Ngebosenin? Merasa buang-buang waktu? sampai akhirnya membuat hati kita mengeluh, "Oelah... tahu gini, dari awal aku ga sanggupin! cuapee deehh!" 
Well, tapi itu lho aplikasi praktis dari arti pertama: menyertai dan mengiring seseorang. Kita mengikuti orang itu kemanapun dia pergi apabila kita sudah menyanggupi hal tersebut. 
Yang cukup menarik, di definisi itu dicantumkan 'di belakang' dimana ini berarti cukup penting untuk diperhatikan. Mengikut itu biasanya memang menempatkan posisi di belakang dan ini berbicara soal segala aspek. Kalau kita mengikut seseorang, ya orang yang di depan lah yang memegang kendali, orang yang di depan yang mengambil keputusan, orang yang di depan juga yang mengatur ke arah mana kita berjalan, orang yang di depan juga menentukan tujuan akhir dari perjalanan tersebut. 
Ketika Yesus berkata, "Mari, ikutlah Aku.." maka saya berpikir bahwa Yesus dengan secara gamblang berkata, "Ayo, berjalanlah di belakangKu. Aku yang akan memimpin hidupmu mulai dari sekarang." 
Kita sering banget bilang, "Tuhan pimpin hidupku, tunjukkan jalanMu, dan berikan petunjuk kemana aku harus pergi." dan bla.. bla... bla... , masih banyak doa-doa yang kita ucapkan untuk meminta Tuhan memimpin hidup kita. Tapi bagaimana dengan aplikasi praktisnya? Yakin kalau kita itu sudah mengikut Kristus? 

Perjalanan kita mengikut Yesus tuh ga semulus itu. Ada kalanya kita ga mengikut Dia dengan setia dan patuh di belakang. Ada kalanya kita ragu dan berbelok mengambil jalan lain yang kita rasa jauh lebih menarik. Ada kalanya kita takut dan berhenti melangkah hingga akhirnya kita tertinggal jauh. Ada kalanya kita bingung dengan arah yang Tuhan pimpin, tetap berjalan sih tapi kebingungan yang ada menyebabkan kita berjalan dengan sangat lambat sehingga akhirnya kita pun tetap tertinggal. 
Mengikut Yesus dibutuhkan ketaatan yang luar biasa dan hal ini mencakup sedikit memprotes dan banyak percaya kepada pimpinanNya. Tapi, ego kita itu ga bisa terima kepasrahan seperti itu. Lebih asyik jalan sendiri, atur tujuan sendiri, putuskan arah sendiri daripada hanya sekedar mengikut tanpa bisa mengatur apapun. 
Inilah yang disebut 'mengikut': berjalan di belakang Yesus dengan taat dan menyerahkan posisi 'Pengendali' ke tanganNya secara total atas hidup kita. 

2. Arti kedua: meniru; turut berbuat sesuatu
biasanya bayi dan anak-anak paling jago dalam bagian yang satu ini ^^

dengan tanggap dan suatu kesadaran, anak-anak cepat meniru tingkah laku dan kata-kata orang dewasa. 
Kita adalah anak-anak Tuhan kan, makanya seharusnya kita pun menunjukkan ketanggapan dan kesadaran yang sama dalam kehidupan spiritualitas iman kita. 
Dengan kesadaran penuh, kita secara sengaja mengambil komitmen dan memutuskan untuk meniru Yesus sepenuhnya. Dalam pola pikir, sudut pandang, cara memutuskan, tingkah laku, cara merespon, bahkan sampai ke gaya hidup. Hidup kita seharusnya mencerminkan peniruan yang persis sama dengan Yesus, dari sinilah arti dari mengikut Yesus semakin dipertajam dalam hidup kita. 
Buat saya, kesungguhan seseorang mengikut Yesus bisa terlihat jelas dari hal-hal yang sederhana. Apa itu? 
-orang yang sungguh mengikut Yesus akan meniru tingkah laku Yesus dalam menjalin relasi. Secara tingkah laku, kita tahu Yesus adalah sesosok pribadi yang penuh kasih dan kelemah lembutan, walaupun kita belum pernah bertemu Yesus secara muka dengan muka tapi kita bisa membayangkan apa yang menjadi tingkah lakunya jika berada di tengah-tengah kita. 
Saya bayangkan Yesus itu adalah sesosok pribadi yang sangat murah senyum (ga pelit hehe), cenderung inisiatif menghampiri duluan dan bertanya dengan keramahan, bahasa tubuhnya menggambarkan keterbukaan dan menyambut dengan sukacita, suaranya mungkin tidak keras namun kelembutan yang penuh antusias ingin tahu segala sesuatu tentang kita, tangannya menepuk pundak kita untuk memberikan kehangatan persaudaraan sekaligus penyemangatan yang memberitahukan kita, "Aku disini, kamu ga sendiri.", matanya bukan mata yang hanya sekedar melihat sekilas tapi ketika kamu lihat matanya maka kamu tahu kalau kamu sungguh-sungguh diperhatikan secara personal, tidak ada kekakuan dalam bahasa tubuhnya namun selalu memperlihatkan kekuatan dan kelembutan pada saat yang bersamaan. Dari tingkah lakunya, kita tahu Dia lah sesosok pribadi yang penuh kasih, terbuka, hangat menyenangkan dan dapat diandalkan setiap saat. 
Bagaimana dengan kita? Adakah tingkah laku kita diubahkan hari lepas hari, semakin menyerupai Yesus? Kita semua bergumul dan berjuang itu pasti namun anugrahNya itu selalu cukup bagi setiap kita untuk hidup semakin menyerupai Yesus hari lepas hari. 

3. Arti ketiga: menurut atau menganut (perintah, ajaran, paham dsb)
Nah, ini bagian yang sangat penting. Jangan mengaku mengikut Kristus kalau kita belum mau menurut perintah-perintahNya, menganut ajaran-ajaranNya, setuju dengan paham-pahamNya. Obedience only comes from a follower (Ketaatan hanya datang dari seorang pengikut). Jangan ngaku-ngaku mengikut Yesus, kalau dalam hidup sehari-hari aja kaga taat ama perintah-perintahNya. 
Salah satu bentuk terindah dari kasih adalah ketaatan, jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan maka kita akan menuruti perintah-perintahNya dengan kesungguhan yang sama secara total. Mengikut Yesus hanya bisa diaplikasikan dengan mengikut perintahNya: mengasihi Tuhan dan sesama dengan segenap hati, akal budi dan kekuatan; menganut ajaranNya: mengampuni musuhmu, memikul salib, menyangkal diri, tidak mengutamakan diri sendiri dsb. Semakin kita mentaati perintah-perintahNya dan mengaplikasikan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari kita maka barulah kita bisa disebut mengikut Yesus. 

Saya tutup dengan mengutip dari sedikit dari buku 'Follow Me' by David Platt yang berbunyi demikian:
"Panggilan hidup bagi Kristus adalah sebuah panggilan tak terhindarkan untuk mati. Panggilan semacam ini sudah jelas sejak permulaan kekristenan. Empat orang nelayan berdiri di dekat pantai pada abad pertama ketika Yesus mendekati mereka. Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Dengan panggilan itu, Yesus mengisyaratkan keempat orang ini untuk meninggalkan pekerjaan, harta, impian, ambisi, keluarga, kawan, kenyamanan, dan keamanan diri mereka. Ia meminta mereka untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya," kata Yesus berulang-ulang. Di dunia yang di mana segala sesuatu berputar di sekeliling diri sendiri - lindungi dirimu sendiri, promosikan dirimu sendiri, pelihara dirimu sendiri, hiburlah dirimu sendiri, buatlah dirimu sendiri merasa nyaman, uruslah dirimu sendiri - Yesus pun berkata, "Salibkan dirimu sendiri." 
"Mereka dengan rindu, rela, dan penuh sukacita kehilangan nyawa demi mengenal, mengikuti, serta memproklamasikan Yesus. Dalam jejak langkah Yesus, para murid pertama ini telah menemukan sebuah jalan yang rela mereka bayarkan dengan segenap hidup untuk mengikutiNya."

Bagaimana dengan kita?

Jumat, 09 Januari 2015

Resolusi Vs Komitmen

Hello...

post pertama di blog terbaruku di tahun 2015 ^^

Ga kerasa, uda menjalani 9 hari di tahun yang baru ini. Waktu memang ga kerasa cepat berlalu ya... well, berhubung kita baru aja mengalami pergantian tahun dan sy baru aja mendapatkan ilham tentang 'Resolusi Vs Komitmen'. Yuk, kita bahas lebih dalam...

Biasanya, di momen pergantian tahun, orang-orang sibuk dengan membuat resolusi tahun baru. Apa sih resolusi ini memang? Sampai-sampai seluruh belahan dunia sibuk membuat daftarnya. 

Resolusi Tahun Baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat, tapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. Menurut tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Hari Tahun Baru (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Resolusi_Tahun_Baru

So, ternyata resolusi adalah tindakan perbaikan diri (pada dasarnya, semua orang pasti ingin berubah ke arah yang lebih baik, betul tidak? masa ke arah yang lebih buruk... hehe)
Jadi, daftar resolusi apa aja nih yang uda temen2 buat? Mungkin berkaitan dengan perubahan kebiasaan, hobi, belajar kemampuan baru, hal-hal yang ingin dicapai dalam pekerjaan dll.
Daftarnya pun bisa panjang, hehe... dan kalau ada yang tidak berhasil dicapai, bagaimana? Nah, respon disinilah yang cukup menarik karena kalaupun tidak berhasil dicapai, masih bisa disisipkan kembali di daftar resolusi tahun baru yang berikutnya (kalau masih niat sih,,, haha). Coba kita telaah lagi, apa sih yang menjadi motivasi/tujuan orang membuat resolusi tahun baru? Dengan tahu motivasi maka kita pun tahu nilai dari resolusi itu sendiri. 

Secara umum, motivasi/tujuan orang membuat resolusi tahun baru:
1. Changing: ingin membuat perubahan diri ke arah yang lebih baik. (biasanya ini berkenaan dengan karakter, kebiasaan, cara hidup dll)
2. Improvement: ingin membuat perkembangan diri ke arah yang lebih dari sebelumnya alias naik level. (biasanya ini berkenaan dengan hobi, kemampuan, karir dll)
3. Building: ingin membentuk kualitas relasi yang jauh lebih baik. (berkenaan dengan relasi dalam keluarga, persahabatan, pekerjaan dll)
Dari ketiga hal diatas, maka kita bisa lihat tuh dan masukkin kategori mana sih resolusi-resolusi yang selama ini kita buat? 

Karikatur ini lucu yaa... hehe tapi cukup menegur lhooo, pesannya jelas banget: resolusi tahun baru hanyalah bersifat sesaat/sementara karena belum juga lewat beberapa hari, kita biasanya uda suka balik lagi ke kebiasaan/pola hidup yang lama di tahun sebelumnya. Ironis ya... resolusi itu hanya pajangan lewat sebentar. Pengalaman temen2 selama ini bagaimana? hehe, renungkan dan coba telaah lagi yaaa... jangan-jangan selama ini, resolusi kita hanya ucapan tapi ga pernah bertransformasi menjadi tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Sekarang kita coba lihat apa itu komitmen?
Komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak (sumber: http://www.artikata.com/arti-335810-komitmen.html)
Wow, klo kita liat dari artinya... komitmen lebih dalam dan berat ya. Rasanya seperti sesuatu yang sulit untuk dilepaskan. 
Ini gambaran terbaik yang bisa saya temukan untuk mencerminkan apa itu komitmen. Seperti dua orang yang diborgol bersama dan kuncinya dibuang entah kemana. 
Kebayang klo ada di posisi itu secara 'real', kita kemana-mana harus bersama-sama dengan orang yang terborgol kepada kita itu. Wuih, kayanya ga nyaman banget ya, bahkan risih... duhh, rasanya pengen cepet-cepet lepas hehe (lebih bebas, bukan? hehe...)
Tapi inilah justru apa yang dinamakan komitmen. Suatu ikatan antara dua orang untuk menggenapi/memenuhi perjanjian yang sudah dibuat antara keduanya dalam jangka waktu yang cukup panjang. 
So, kalau sy boleh buat perbandingan antara resolusi dan komitmen. Ya seperti ini kira-kira:

                 Resolusi                                                                   Komitmen

  • Tidak mengikat                                                            * Mengikat
  • terhadap diri sendiri                                                     * antara dua pihak
  • Jangka pendek                                                            * Jangka panjang
  • Ada titik pencapaian                                                    * Terus melakukan
  • Sebuah perubahan                                                      * Sebuah janji
  • berubah demi diri sendiri                                             * berubah demi yang dikasihi
  • mengembangkan nilai diri                                           * mengembangkan kualitas hati
  • membangun kekuatan                                                 * membangun kepercayaan 
  • it's all about 'ME'                                                          * it's all about 'WE'
  • comfort zone                                                                * always take a risk
  • bersifat sementara                                                       * bersifat kekal
Itulah perbandingan Resolusi Vs Komitmen yang bisa sy dapatkah sejauh ini (klo ada masukkan / tambahan, jangan ragu untuk meninggalkan komentar ^^). 

Kalau dipikir-pikir lagi, Tuhan Allah kita adalah teladan yang sempurna bagi kita untuk menjalankan komitmen. Yuk kita simak. 


Yesaya 11:5, "Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang."

Yesaya 54:10, "Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman Tuhan, yang mengasihani engkau."


Mazmur 12:6, "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."


Mazmur 89:34, "Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan berubah."


Mazmur 105:8, "Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan,"


Filipi 2:8, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib." 


Ibrani 5:8, "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya." 


2 Petrus 3:9, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasai, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." 
Komitmen itu sejalan dengan janji dan ketaatan. Seperti segitiga, dalam sebuah relasi tidak mungkin bagi seseorang untuk bisa menepati janjinya tanpa dia taat terlebih dahulu kepada kata-katanya sendiri dan berlaku terbalik, seseorang tidak akan sanggup taat tanpa membuat keputusan untuk terikat dalam perjanjian tersebut. Inilah nilai dari komitmen. Dibangun berdasarkan ketaatan, ketulusan, kepercayaan dan pengorbanan. Tanpa itu semua, maka seseorang akan kesulitan untuk menjalani sebuah komitmen. 

Karena itu gambaran dua orang yang diborgol itu sangat tepat, karena ketika kuncinya dibuang entah kemana maka mau tidak mau kedua orang tersebut tertahan bersama-sama. Dan begitu banyak orang-orang jaman ini bahkan termasuk anak-anak Tuhan secara diam-diam menyimpan 'kunci' dan melepaskan diri dari sebuah komitmen. 

Sy pernah mendapatkan percakapan yang menarik dengan seorg teman, dia bilang seperti ini, "Anak Tuhan itu bisa kok hidup tanpa resolusi dan itu sah-sah aja karena tidak ada keharusan bagi anak-anak Tuhan untuk membuat resolusi tetapi sangat menyedihkan jikalau anak-anak Tuhan tidak tahu tujuan hidupnya sendiri, mengapa dia harus ada dan tujuan apa yang ingin dia penuhi dalam hidup ini. Padahal kan seharusnya anak-anak Tuhan berkomitmen untuk terus belajar semakin mengasihi dan mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Karena pada dasarnya kan kita diciptakan karena Dia dan seluruh hidup kita pun seharusnya bercerita tentang siapa Dia. It's all about HIM." 

Wow, percakapan singkat itu pun sangat mengena dan memberikan inspirasi bagi sy untuk membagikan hal ini. 
Sebagai anak-anak Tuhan, tujuan apa yang selama ini kita tetapkan di setiap tahun berganti tahun? Apakah hanya tentang diriku, keluargaku, pekerjaanku dan kesuksesanku? JIkalau semua itu ditukar dengan TUHAN saja, sanggupkah kita berkata cukup? 

Sy pikir hal ini sangat penting, jangan sampai kita melewatkan begitu banyak tahun dengan pola pikir yang salah. Akan sangat disayangkan jika kita terus berusaha sedemikian keras membuat resolusi-resolusi baru tiap tahunnya tanpa berkomitmen untuk lebih mengasihi Tuhan. Kita bergiat mengejar karir dan kesuksesan tanpa berkomitmen untuk lebih mengenal siapa Dia. Kita bisa terjebak dalam berbagai kegiatan dan rutinitas yang membuat kita merasa sibuk tanpa berkomitmen untuk mencari Dia sebagai satu-satunya Gembala yang memimpin hidup kita. 

Sy tidak menemukan kalimat lain yang lebih baik lagi, "Kalau teman-teman punya waktu untuk membuat resolusi maka itu artinya teman-teman juga punya waktu untuk membuat komitmen. Jika teman-teman punya sepenggal kesadaran untuk berubah ke arah yang lebih baik maka itu artinya teman-teman pun seharusnya memiliki kesungguhan hati untuk lebih mengasihi Dia. Kalau teman-teman punya waktu untuk merencanakan pencapaian-pencapaian sementara di bumi ini maka itu artinya teman-teman wajib menetapkan pencapaian kekal, yaitu semakin mengenal Dia lebih dalam lagi. Jika tidak terpikirkan sama sekali, jangan nyatakan dirimu sebagai anak-Nya karena itu hanya akan menjadi sebuah kebohongan yang menyakiti hati-Nya dan batu sandungan bagi sesama. Semua pilihan memiliki konsekuesi, hanya saja kebanyakkan orang tidak meyadarinya karena merasa hidup ini adalah milik mereka sendiri. Sekarang, apa pilihanmu?"

Sy rindu dan menyemangati teman-teman utk semakin rindu mengasah hati di dalam Dia, hati yang semakin mengasihi Dia dengan lebih sungguh lagi, hati yang semakin peka akan kehendak-Nya di dalam pengenalan sejati secara pribadi. 
Akhir kata, saya tutup post ini dengan satu ayat: 


1 Petrus 1:22
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu."